BISMILLAH AR-RAHMAN AR-RAHIM

Blog ini akan menampilkan beberapa tulisan tentang apa aja yang bermanfaat. Semoga mendapat nilai tambah yang positif

Jumat, 26 Maret 2010

SISTEM MAKRO AL KHALIK-MAKHLUK


A.   PENDAHULUAN 

           Alam semesta yang meliputi unsure-unsur hidup (Living things) dan tak hidup (Non living things) dengan segala proses biotic serta mekanismenya, merupakan misteri yang hanya sebagian kecil terjangkau oleh kecerdasan intelektual (Intellectual Intelligence), sementara itu, bagian terbesarnya harus dihayati oleh kecerdasan spiritual (Spiritual Intelligence) melalui keyakinan adanya “Kekuatan dan Kekuasaan” diluar kekuatan dan kekuasaan kita manusia, yang kita ikrarkan sebagai Al Khalik Yang Maha Kuasa. Dengan pendekatan ilmiah melalui proses empiric serta segala metode dan tekniknya, manusia telah mampu mengungkapkan fenomena-fenomena alam, baik fiscal dan kimiawi maupun biotic, termasuk keterkaitannya satu sama lain sebagai satu system di alam raya, khususnya di Planet Bumi. Namun demikian, melalui proses empiric terungkapkan, padahal kemajuan penerapan IPTEK sudah demikian majunya. Disini dalam mengungkapkan misteri yang maha misteri, manusia harus membuka kesadaran spiritual bahwa kecerdasan intelektual semata tidak akan mampu mengungkapkan apa yang manusia harapkan secara memuaskan. Oleh karena itu, kesadaran-kesadaran emosional, social dan spiritual untuk melengkapi kesadaran intelektual yang selama ini sangat mendominasi pikiran manusia.


  1.   SISTEM ALAM.
    Untuk mengungkapkan misteri alam dengan kehidupannya secara ilmiah, manusia telah menerapkan berbagai pendekatan, paling tidak melalui analisis astronomi, geologi, biologgi dan ilmu kebumian yang lain. Seperti telah dikemukakan di atas dengan menerapkan pendekatan ilmiah melalui berbagai ilmu kealaman, kita manusia berupaya mengungkapkan misteri alam semesta ini, untuk mampu memahami dan menghayatinya, sehingga kita menjadi makin takarrub kepada Al Khalik Yang Maha Kuasa. Untuk memahami dan mampu menelusuri system-sistem yang berlaku di alam semesta dengan segala unsur didalamnya, disajikan model makro hubungan alam dengan kehidupan, khususnya kehidupan manusia. 
    Manusia dapat menyimak bahwa alam raya yang demikian luas itu, belum diketahui batas-batasnya. Namum demikian, seperti pembahasan terdahulu, berdasarkan keyakina spiritual, hanya Al Khalik Yang Maha Kuasa yang tidak ada batasnya, sedangkan makhluk termasuk pula alam raya, pasti ada batasnya. Oleh karena itu, harus disadari bahwa manusia memiliki keterbatasan yang meliputi juga keterbatasan untuk mengungkapkan batas-batas alam raya.
    Selanjutnya, di alam raya ini terdapat kelompok besar gugus bintang-bintang yang disebut galaksi juga belum diketahui berapa jumlahnya. Diantara galaksi-galaksi tersebut terdapat Galaksi Bima Sakti tempat kedudukan tata surya matahari kita. Dalam tata surya ini mengorbit beberapa planet dan salah satunya yaitu planet bumi. Di planet bumi tidak semua bagiannya menajdi habitat makhluk hidup, hanya lapisan bumi yang disebut biosfer yang menjadi bagian makhluk hidup termasuk didalamnya manusia. Sementara itu, dikaji dari ukuran bumi. Dengan demikian, betapa kecilnya makhluk yang disebut manusia untuk bersombong diri sebagai penguasa alam.

    2.   SISTEM BUDAYA.
    Sebagai makhluk hidup termuda yang lahir ke permukaan bumi, manusia memiliki keunikan yang khas, karena karunia ‘akal pikiran” (al-akli) yang berkembang yang dapat dikembangkan. Milik otentik akal-pikiran inilah yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya, baik itu nabati maupun hewani.
    Manusia sebagai al-insan yang memiliki akal pikiran mengembangkan budaya yang berdampak luas terdapat kehidupan dan lingkungan permukaan bumi. Sedangkan budaya sendiri menurut Richard E. Porter & Lary A. Samovar:

    Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi-ke generasi melalui usaha individu dan kelompok
    Berdasarkan ungkapan di atas, budaya itu merupakan konsep yang secara konotatif mencakup makna yang sangat luas, tidak hanya menyangkut aspek-aspek materi, melainkan meliputi aspek-aspek non materi yang justru sangat luas. Agama, dalam hal ini agama yang lahir dari kecerdasan spiritual dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk salah satu aspek budaya. Dalam hal ini tentu saja, bukan agama yang diwahyukan oleh Al Khalik Yang Maha Kuasa, yang termasuk tatanan Supra Sistem.
    Kemampuan akal pikiran yang dapat dinyatakan juga sebagai kemampuan budaya, memiliki makna yang tinggi bagi manusia sebagai makhluk hidup yang membawa kenyataan dalam kehidupan seperti yang kita alami dewasa ini. Aspek-aspek atau komponen-komponen materi (ruang, alam semesta, bangunan, pakaian, peralatan), dengan non materi (pengetahuan, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, peranan), membentuk suatu system yang disebut System Budaya. Dalam system budaya inilah manusia belajar, berkreasi, berinovasi, berilmu, dalam suatu tatanan kehidupan yang disebut kehidupan berbudaya. Kajian tentang seluk beluk kehidupan tersebut, dipelajari dalam ilmu yang disebut Antropologi. Untuk mengungkapkan manusia dengan budayanya lebih lanjut, ikutilah gagasan dasar antropologi yang diketengahkan oleh Paul Bohannan (L.J. Hebert & W. Murphy), editor:1971:69-70
             Manusia dinyatakan sebagai makhluk yang lengkap menempati mamalia yang bermasyarakat (social), dan yang sangat bermakna juga sebagai makhluk budaya. Aspek yang terakhir ini, tidak terdapat pada makhluk hidup lainnya. Manusia, baik sebagai mamalia maupun sebagai makhluk social dan budaya, memiliki kebutuhan yang sangat luas (multiaspek) bila dibandingkan dengan makhluk hidup non manusia. Pemenuhan dan pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang multi aspek tadi, terjadi dalam pola yang disebut struktur social melalui tradisi-tradisi tertentu sesuai dengan strukturnya masing-masing. Mengingat kuantitas dan kualitas manusia sebagai makhluk social dan budaya yang selalu mengalami perubahan serta perkembangan, tradisi yang melayani kebutuhan yang itu juga, tidak bisa statis, melainkan mengalami perubahan dalam rangka mengakomodasi tuntutan kebutuhan yang makin meningkat. Perubahan tradisi tersebut didukung oleh penemuan-penemuan baru yang mengembangkan kemampuan inovasi, baik kea rah penyederhanaan (simplikasi) maupun kea rah kepelikan tersebut (komplikasi) yang menjadi dasar evolusi budaya, kebutuhan manusia itu memperoleh layanan serta pemuasaan dalam rangka mempertahankan diri, jenis dan generasinya.
    Dalam system budaya, melekat pada diri manusia sebagai komponennya, yaitu filsafat, humaniora dan ilmu pengetahuan. Filsafat dalam kehidupan manusia dengan ilmu pengetahuannya, sebagai hasil renungan mendalam dari manusia sendiri, menjadi landasan kearifan dan kebijakan. Tanpa landasan filsafat, hidup dan kehidupan manusia menjadi tidak mrenentu arahnya. Menurut Francis Bacon (The Liang Gia:1977), filsafat “Induk Agung dari Ilmu-ilmu”, dengan pengertian, segala kajian dan pemikiran ilmu apapun, berawal dari pemikiran filsafat. Dengan demikian, kedudukan filsafat dalam system budaya, merupakan salah satu landasan hasil pemikiran yang mendalam dari manusia sendiri, terutama menusia yang memiliki kadar dan derajat filosof.
    Sementara itu, humaniora merupakan aspek kemanusiaan dan budaya yang tidak dapat dikategorikan dalam ilmu-ilmu social (social sciences) ataupun ilmu pengetahuan social (social studies). Humaniora ini menyangkut, bahasa, seni, sejarah dan nilai-nilai yang tidak menjadi bagian ilmu-ilmu social atau ilmu pengetahuan social. Sedangkan ilmu-ilmu social dan ilmu pengetahuan social (IPS) serta ilmu pengetahuan alam (IPA), bagaimanapun merupakan aspek budaya yang juga ada dalam system budaya. Ilmu pengetahuan yang diterapkan secara praktis untukmemenuhi kebutuhan manusia, dikonsepkan sebagai teknologi juga termasuk dalam system budaya.

      3.   SISTEM SOSIAL 

    Bila menyimak gambar di atas, kita dapat mengungkapkan bahwa nilai dan norma menjadi sumber utama kekuatan utama individu dan sekaligus juga masyarakat. Selanjutnya, norma dan nilai yang dimiliki masyarakat itu, membentuk kelembagaan social yang melekat pada suatu organisasi dan kelompok. Disini, manusia sebagai anggota masyarakat menempati posisi tertentu dengan segala peranannya. Posisi dan peranan yang dimiliki individu sebagai anggota masyarakat berpengaruh terhadap sikap, nilai dan norma, baik berupa dukungan keberadaan nilai dan norma tadi, maupun terhadap tuntutan untuk memodifikasinya sesuai dengan perkembangan masyarakat. Berdasarkan gagasan dasar Robert Perucci tersebut di atas, rangkaian komponen-komponen dalam gambar tersebut, mengungkapkan apa yang kita sebut system social. Keberlakuan system tersebut sangat melekat dengan pola yang kita    sebut struktur social.
    Hidup, kehidupan dan penghidupan manusia sebagai manusia sebagai anggota masyarakat, mekanismenya terjadi pada tatanan system social pada pola yang disebut struktur social. Mekanisme, tatanan dan structural social tadi, berpijak pada pembakuan nilai serta norma yang melekat pada system budaya sesuai dengan tradisi masyarakat masing-masing. Tumbuh dan berkembangnya system, struktur social dalam system budaya sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan pemanfaatan belajar ini harus diberi peluang serta dilayani dalam system social budaya, dalam mekanisme yang kita konsepkan sebagai pendidikan. Melalui pendidikan dalam arti yang seluas-seluasnya, pemberdayaan manusia makin meningkat, sehingga menumbuhkan kesadarannya terhadap kesatuan system, mulai dari system social dan budaya, sampai pada system alam yang puncaknya pada supra system sebagai konteks makro. Dengan demikian, melalui pendidikan ini, sangat diharapkan terbinanya tata kehidupan yang penuh kesadaran, kesabaran dan kejujuran, bahwa manusia ini hanya merupakan bagian yang sangat kecil dari supra system dibawah kekuasaan Al Khalik Yang Maha Kuasa.

    B.   KESIMPULAN
    Dari keseluruhan uraian pada pembahasan ini, dapat disampaikan rangkuman yang tertuang dalam butir-butir berikut ini:
    1. Keseluruhan alam raya yang merupakan system makro, masih merupakan misteri yang sangat luas, yang baru sebagianj kecil terungkap oleh kemajuan dan penerapan IPTEK sebagai hasil pengmbangan budaya.
    2. Alam sebagai suatu unsur didalamnya, baik unsure tak hidup maupun unsure hidup, tunduk pada hukum alam yang menentukan proses perkembangan, perubahan dengan segala mekanisme yang melekat.
    3. Tiap unsur yang ada di alam raya, termasuk alam rayanya sendiri mengalami evolusi. Alam raya secara keseluruhan mengalami evolusi kosmik, planet bumi sebagai satu kesatuan benda langit mengalami evolusi geologic, makhuk hidup mengalami evolusi biologic dan bahkan budaya juga mengalami perkembangan yang disebut evolusi budaya.
    4. Manusia sebagai makhluk hidup, menempati posisi yang luas sebagai bagian dari alam (basyar) yang kedudukannya sama dengan hewan mamalia, sebagai makhluk social (an-naas), dan terakhir sebagai makhluk budaya (al-insan), merupakan makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya,
    5. Manusia sebagai makhluk termuda yang lahir ke permukaan bumi, dengan kelengkapan akal pikiran yang dikaruniakan oleh Al Khalik Maha Pencipta, dengan kemampuan dan pemanfaatan belajar telah membawa perkembangan serta perubahan lingkungan seperti yang dialami dewasa ini.
    6. Manusia sebagai makhluk budaya, tindakan, perbuatan dan perilakunya dalam kehidupan masyarakat, dilandasi oleh pembakuan yang berupa nilai serta norma social-budaya.

    DAFTAR PUSTAKA 
    Deddy Mulyana, Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antar Budaya, (Edisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000)
    Herbert, L.J., Murphy, W., Structure in the Social Studies, (Edisi, National Council for the Sosial Studies, Washington DC, 1971)
    Nasikun, Sistem Social Indonesia, (PT. Grafindo Persada, Jakarta, 1995)

    Tidak ada komentar: